Gaya Hidup Minimalis
Pandemic tak melulu berdampak buruk bagi saya, disela-sela rebahan kucoba menyempatkan baca buku2 random yang menarik akhirnya tanpa disadari buku ini berdampak besar bagi gaya hidup saya.
Judulnya Seni hidup minimalis karya francin jay dalam 200 halaman lebih buku ini terbagi menjadi 4 bagian, pertama dibahas tentang dasar pola pikir minimalism, kedua metode streamline lalu bagian ketiga dan keempat dibahas cara penerapan minimalism kedalam barang dan kehidupan kita.
Pada dasarnya minimalism adalah bagaimana memaksimalkan fungsi barang, gaya hidup bahkan pola pikir kita.
Ternyata ndak selamanya sepi/kosong itu menyedihkan, minimalis expert menyebutnya Less is more (kurang itu lebih). Hah kok bisa?
Dengan sedikit barang akan lebih mudah mengingatnya dengan sedikit barang akan ada sisa ruang yg berguna, sebenarnya kita butuh ruang bermain, ruang berpikir, ruang bereksplorasi dan berkarya, disitulah titik indah minimalism.
Butuh ruang mengapa ga bangun rumah yg lebih besar?
No! Bukan gitu cara mainnya, balik lagi minimalism adalah bagaimana memaksimalkan fungsi dari apa yang kita miliki saat ini.
Ada beberapa tips dari buku ini seperti, tiap ada 1 barang masuk maka harus ada 1 barang yang keluar(ntah dibuang atau disumbangkan).
Jika masih ragu saat mau keluarin barang coba tanya pada dirimu sendiri apakah barang ini akan dipakai dalam 3 bulan kedepan? Apakah ada dampak positif buat saya? Jika jawabnya tidak maka buang.
Sebagai seorang software developer secara ga langsung minimalism telah mempengaruhi saya, seperti penggunaan algoritma dan penyusunan coding yang lebih rapi dan sederhana, akibatnya program saya jadi efisien dan ringan.
Minimalism membuat gaya hidup menjadi sederhana dan berkualitas, dapat mengurangi gaya hidup konsumtif, karenanya kita bisa invest dengan nilai yang lebih besar.
Umumnya membeli dan membeli barang baru sangatlah menyenangkan namun memaksimalkan fungsi dari barang yang sudah ada adalah arti bahagia sesungguhnya.
Gaya hidup minalis - masawam.